Di malam yang dingin Bunga-bunga Sepatu
Kaca mulai memekar. Membentuk mahkota-mahkota gemerlapan berwarna merah di atas
tangkainya. Lambaian angin yang lembut menerbangkan serbuk sari bunga Sepatu
Kaca pada bunga yang lainnya hingga tak tersisa sedikitpun. Itulah musim kawin
Bunga Sepatu Kaca.
Namun tidak semua bunga dapat
tersentuh oleh angin dan kehilangan serbuk sarinya, dia adalah bunga perawan
yang nasib jodohnya ditentukan oleh makhluk-mkhluk lain disekitarnya. Namun
demikian bunga ini adalah bunga terindah diantara bunga-bunga yang lain, karna
serbuksari yang menawan belum tersentuh sedikitpun.
Bunga Sepatu Kaca perawan tak elak menarik
perhatian Lebah ganas yang terbang tertatih-tatih diterpa angin. Sang bunga bersolek serbuk sari nan anggun
tampak elok darimanapun, sehingga tidak hanya Lebah yang jetuh cinta pada
Sepatu Kaca merah nan menawan itu, namun Kupu-kupu dan Semut pun ingin
memeprsuntingnya.
Lebah adalah makhluk yang pertamakali
menyatakan cintanya pada Sepatu Kaca. Tidak ingin bidadarinya diambil begitu
saja Semut dan Kupu-kupu mengerahkan berbagai upaya agar Sepatu Kaca tertarik
pada mereka dan menjadikan Lebah benci pada Sepatu Kaca.
Lebah nan mencintai Sepatu Kaca tak
lelah meluangkan setiap detiknya disisi Sepatu Kaca. Angin kencang yang bertiup
hingga hujan badai yang mendera Sepatu Kaca tak mengurangi kesetiaan Lebah
padanya. Hingga suatu saat Semut-semut datang dan memenuhi mahkota Sepatu Kaca
sehingga merah merona di permukaannya tampak menghitam.
Merah yang sangat disukai sang Lebah
kini tak tampak lagi. Namun Lebah tahu jika itu ulah si Semut yang juga
menyimpan rasa pada Sepatu Kaca. Muncullah konflik disana, mereka tak ingin
berbagi, meraka ingin Sepatu Kaca menjadi milik mereka sendiri.
Sang Lebah mendatangkan
teman-temannya untuk menjauhkan Semut dari sang pujaan hatinya. Semut tak
tinggal diam dengan kekuatan koloninya yang solid Semut berusah untuk tetap
bertahan diatas mahkota Sepatu Kaca itu. Akhirnya pertarungan yang tak terelakkan
itu tidak dimenangi salah satu pihak dari keduanya.
Pertarungan sengit itu ternyata tak
lepas dari sepasang mata tajam Kupu-kupu yang setia mengamati sang pujaan
hatinya yang sedang diperebutkan. Namun iya hanya dapat menatap pujaan hatinya itu
dari kejauhan sembari menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.
“dia milikku, tak ada yang bisa
merebutnya dariku” Lebah ber ujar, sang Semut pun tak mau kalah
“selama janur kuning masih belum
melengkung, Sepatu Kaca bukan milik siapa-siapa, akupun masih berhak
memilikinya”. Pertengkaran itu berlanjut lagi, hingga akhirnya mahkota Sepatu
Kaca yang amat elok rupanya sobek dan Sepatu Kaca jatuh dari tangkainya.
Lebah dan Semut menyesal Melihat ulah
perbutan tidak senonoh yang mereka lakukan mereka pun segera pergi meninggalkan
Sepatu Kaca yang terluka.
Saat semuanya tidak lagi mencintai Sepatu
Kaca, saat smuanya pergi begitu saja. Kupu-kupu datang hinggap dengan lembut
disisi Sepatu Kaca. “biar aku yang merawatmu, biar aku meneruskan hidupmu,
izinkan aku untuk memindahkan sarimu kebunga lain agar jiwamu tetap hidup
bersamanya”.
Kupu-kupu pun terbang setelah
mengambil serbuk sari Sepatu Kaca pujaan hatinya itu, makhluk yang paling
dicintainya dimuka bumi. Ia terus terbang mencari tempat yang dirasanya tepat bagi jiwa Sepatu Kaca.
Angin kencang, hujan badai, predator pemangsa, semuanya dihadapi Kupu-kupu
untuk untuk memperjuangkan cintanya. Dalam perjalanannya itu, tak sedetikpun
hatinya lupa akan memohn pertolongan yang maha kuasa agar mewujudkan
keinginanannya.
Setelah sekian lama terbang dengan
sayap yang lambat laun mengecil dan hanya dapat terbang dengan tertatih-tatih. Dengan
raganya yang kian melemah, semangatnya kian menipis, samar dilihatnya cahaya
kemerahan yang sangat ramah dimatanya. Kupu kupu terus terbang kian mendekat
mendekat dan mendekat hingga dijumpainya disana sebuah pohon besar krajaan Sepatu
Kaca yang belum pernah ia temui sebelumnya.
Rasa syukur tak lagi dapat ia
uangkapkan dengan kata-kata. Melihat pohon Sepatu Kaca besar yang sudah seperti
sebuah istana bagi Spatu Kaca. Matanya tak bisa berkedip melihat keindahan
ukiran bunga Spatu Kaca di atas tangkai
seperti mengukir sebuah ucapan slamat datang untuknya. Berutus-ratus
Sepatu Kaca yang dilihatnya seolah memanggilnya untuk mengantarkan serbuk yang
ia bawa pada mereka. Namun Kupu-kupu tetap terbang jauuh masuk kedalam pohon
itu mengagumi apa yang ia lihat.
Diantara bunga-bunga itu terdapat
sebuah bunga yang amat besar, yang keindahan, keanggunanya berpuluh kali lipat
dari sapatu kaca yang sarinya ia bawa. Dia adalah ratu pohon Sepatu Kaca, ratu
pohon yang sudah berumur puluhan tahun dan kini baru saja memekar. Bunga itu perlahan membentangkan mahkotanya
seolah berkata “kemarilah datanglah kepadaku bawa sari itu untukku, tanamkanlah
jiwa yang paling kau cintai itu padaku, aku akan menjadi dirinya dan kau akan
memilikiku karna kau pantas untuk mendapatkanku”.
Kupu-kupu pun mendekat hinggap dengan
lembut di atas mahkota sang ratu Spatu Kaca, kemudian memberikan saripati Sepatu Kaca yang dicintainya itu pada ratu Sepatu
Kaca. Seolah berkata “terimalah cintaku ini, cinta yang tidak pernah aku
berikan kepada siapapun seblumnya” seraya meletakkan paruhnya kedada sang ratu.
Ratu Sepatu Kaca itu pun menyambut paruh
itu dan menancapkan kedalam dadanya sedalam-dalamnya, agar tidak ada yang dapat
memisahkannya dari Kupu-kupu.
Dalam keadaan itu, Kupu-kupupun tidak
lagi memiliki keinginan untuk pergi meninggalkan sang ratu Sepatu Kaca yang
kini jiwanya telah menjadi Bunga Spatu Kaca yang sangat ia Cintai. Setelah perjuangan
yang ia tempuh, setelah sekian banyak do’a yang ia panjatkan. Kupu-kupu hanya
berkeinginan menghabiskan sisa hiduonya bersama Sepatu Kaca hingga ragannya
melemah dan tidak dapat lagi melanjutkan hidup.
Dlam balutan kebahagian itu, Kupu-kupu
pergi. Meninggalkan Bunga Sepatu Kaca yang ia perjuangkan, begitu saja. Walaupun
dengan cintanya yang amat besar, namun cinta itu masih belum cukup untuk
menangguhkan paggilan yang Maha Kuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar