Jumat, September 5

Sepatu Kaca



Di malam yang dingin Bunga-bunga Sepatu Kaca mulai memekar. Membentuk mahkota-mahkota gemerlapan berwarna merah di atas tangkainya. Lambaian angin yang lembut menerbangkan serbuk sari bunga Sepatu Kaca pada bunga yang lainnya hingga tak tersisa sedikitpun. Itulah musim kawin Bunga Sepatu Kaca.
Namun tidak semua bunga dapat tersentuh oleh angin dan kehilangan serbuk sarinya, dia adalah bunga perawan yang nasib jodohnya ditentukan oleh makhluk-mkhluk lain disekitarnya. Namun demikian bunga ini adalah bunga terindah diantara bunga-bunga yang lain, karna serbuksari yang menawan belum tersentuh sedikitpun.
Bunga Sepatu Kaca perawan tak elak menarik perhatian Lebah ganas yang terbang tertatih-tatih diterpa angin.  Sang bunga bersolek serbuk sari nan anggun tampak elok darimanapun, sehingga tidak hanya Lebah yang jetuh cinta pada Sepatu Kaca merah nan menawan itu, namun Kupu-kupu dan Semut pun ingin memeprsuntingnya.
Lebah adalah makhluk yang pertamakali menyatakan cintanya pada Sepatu Kaca. Tidak ingin bidadarinya diambil begitu saja Semut dan Kupu-kupu mengerahkan berbagai upaya agar Sepatu Kaca tertarik pada mereka dan menjadikan Lebah benci pada Sepatu Kaca.

Lebah nan mencintai Sepatu Kaca tak lelah meluangkan setiap detiknya disisi Sepatu Kaca. Angin kencang yang bertiup hingga hujan badai yang mendera Sepatu Kaca tak mengurangi kesetiaan Lebah padanya. Hingga suatu saat Semut-semut datang dan memenuhi mahkota Sepatu Kaca sehingga merah merona di permukaannya tampak menghitam.
Merah yang sangat disukai sang Lebah kini tak tampak lagi. Namun Lebah tahu jika itu ulah si Semut yang juga menyimpan rasa pada Sepatu Kaca. Muncullah konflik disana, mereka tak ingin berbagi, meraka ingin Sepatu Kaca menjadi milik mereka sendiri.
Sang Lebah mendatangkan teman-temannya untuk menjauhkan Semut dari sang pujaan hatinya. Semut tak tinggal diam dengan kekuatan koloninya yang solid Semut berusah untuk tetap bertahan diatas mahkota Sepatu Kaca itu. Akhirnya pertarungan yang tak terelakkan itu tidak dimenangi salah satu pihak dari keduanya.
Pertarungan sengit itu ternyata tak lepas dari sepasang mata tajam Kupu-kupu yang setia mengamati sang pujaan hatinya yang sedang diperebutkan. Namun iya hanya dapat menatap pujaan hatinya itu dari kejauhan sembari menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.
“dia milikku, tak ada yang bisa merebutnya dariku” Lebah ber ujar, sang Semut pun tak mau kalah
“selama janur kuning masih belum melengkung, Sepatu Kaca bukan milik siapa-siapa, akupun masih berhak memilikinya”. Pertengkaran itu berlanjut lagi, hingga akhirnya mahkota Sepatu Kaca yang amat elok rupanya sobek dan Sepatu Kaca jatuh dari tangkainya.
Lebah dan Semut menyesal Melihat ulah perbutan tidak senonoh yang mereka lakukan mereka pun segera pergi meninggalkan Sepatu Kaca yang terluka.
Saat semuanya tidak lagi mencintai Sepatu Kaca, saat smuanya pergi begitu saja. Kupu-kupu datang hinggap dengan lembut disisi Sepatu Kaca. “biar aku yang merawatmu, biar aku meneruskan hidupmu, izinkan aku untuk memindahkan sarimu kebunga lain agar jiwamu tetap hidup bersamanya”.
Kupu-kupu pun terbang setelah mengambil serbuk sari Sepatu Kaca pujaan hatinya itu, makhluk yang paling dicintainya dimuka bumi. Ia terus terbang mencari tempat  yang dirasanya tepat bagi jiwa Sepatu Kaca. Angin kencang, hujan badai, predator pemangsa, semuanya dihadapi Kupu-kupu untuk untuk memperjuangkan cintanya. Dalam perjalanannya itu, tak sedetikpun hatinya lupa akan memohn pertolongan yang maha kuasa agar mewujudkan keinginanannya.
Setelah sekian lama terbang dengan sayap yang lambat laun mengecil dan hanya dapat terbang dengan tertatih-tatih. Dengan raganya yang kian melemah, semangatnya kian menipis, samar dilihatnya cahaya kemerahan yang sangat ramah dimatanya. Kupu kupu terus terbang kian mendekat mendekat dan mendekat hingga dijumpainya disana sebuah pohon besar krajaan Sepatu Kaca yang belum pernah ia temui sebelumnya.
Rasa syukur tak lagi dapat ia uangkapkan dengan kata-kata. Melihat pohon Sepatu Kaca besar yang sudah seperti sebuah istana bagi Spatu Kaca. Matanya tak bisa berkedip melihat keindahan ukiran bunga Spatu Kaca di atas tangkai  seperti mengukir sebuah ucapan slamat datang untuknya. Berutus-ratus Sepatu Kaca yang dilihatnya seolah memanggilnya untuk mengantarkan serbuk yang ia bawa pada mereka. Namun Kupu-kupu tetap terbang jauuh masuk kedalam pohon itu mengagumi apa yang ia lihat.
Diantara bunga-bunga itu terdapat sebuah bunga yang amat besar, yang keindahan, keanggunanya berpuluh kali lipat dari sapatu kaca yang sarinya ia bawa. Dia adalah ratu pohon Sepatu Kaca, ratu pohon yang sudah berumur puluhan tahun dan kini baru saja memekar.  Bunga itu perlahan membentangkan mahkotanya seolah berkata “kemarilah datanglah kepadaku bawa sari itu untukku, tanamkanlah jiwa yang paling kau cintai itu padaku, aku akan menjadi dirinya dan kau akan memilikiku karna kau pantas untuk mendapatkanku”.
Kupu-kupu pun mendekat hinggap dengan lembut di atas mahkota sang ratu Spatu Kaca, kemudian memberikan saripati  Sepatu Kaca yang dicintainya itu pada ratu Sepatu Kaca. Seolah berkata “terimalah cintaku ini, cinta yang tidak pernah aku berikan kepada siapapun seblumnya”  seraya meletakkan paruhnya kedada sang ratu. Ratu Sepatu Kaca itu pun menyambut  paruh itu dan menancapkan kedalam dadanya sedalam-dalamnya, agar tidak ada yang dapat memisahkannya dari Kupu-kupu.
Dalam keadaan itu, Kupu-kupupun tidak lagi memiliki keinginan untuk pergi meninggalkan sang ratu Sepatu Kaca yang kini jiwanya telah menjadi Bunga Spatu Kaca yang sangat ia Cintai. Setelah perjuangan yang ia tempuh, setelah sekian banyak do’a yang ia panjatkan. Kupu-kupu hanya berkeinginan menghabiskan sisa hiduonya bersama Sepatu Kaca hingga ragannya melemah dan tidak dapat lagi melanjutkan hidup.
Dlam balutan kebahagian itu, Kupu-kupu pergi. Meninggalkan Bunga Sepatu Kaca yang ia perjuangkan, begitu saja. Walaupun dengan cintanya yang amat besar, namun cinta itu masih belum cukup untuk menangguhkan paggilan yang Maha Kuasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar